Sabtu, 25 Mei 2013

Halo adik-adikku !
Bagaimana kabarnya ? alhamdulillah Luar biasa ya...
Perkenalkan namaku Sitti Rahmadani Saranani, tapi adik-adik bisa panggil saya Rara. Sekarang saya sedang menjalani tugas atau boleh dibilang profesi sebagai koas alias dokter muda. Siapa dari kalian yang bercita – cita menjadi dokter ? kebanyakan anak – anak ketika ditanyai cita-citanya, mereka menjawab “dokter”. Yap, sama halnya dengan saya...
Sejak tahu apa itu cita – cita, saya selalu menjawab “ingin jadi dokter”. Mungkin karena kelihatannya dokter itu berwibawa dengan jas putih dan stetoskopnya ya ? atau karena kelihatannya dokter itu bisa punya banyak uang, naik mobil mewah, bisa keluar negeri sesukanya ? atau... karena dokter bisa menolong orang yang sakit ? jawabannya baru saya dapatkan setelah kuliah di Fakultas kedokteran, terlebih sekarang, dimana saya bisa langsung memeriksa pasien....
Katanya untuk jadi dokter itu perlu biaya banyak ya ? itu anggapan yang salah ya adik – adik... memang tidak dipungkiri, untuk sekolah dan meraih cita – cita itu diperlukan pengorbanan, salah satunya ya biaya. Namun saya bisa menjamin kalau yang utama yang harus dimiliki yaitu kemauan yang keras dan usaha yang tekun, serta bertawakkal pada Allah swt.
Saya bukan anak orang kaya, bukan anak pejabat,  tapi saya tidak pernah berpikir untuk mundur dari cita-cita saya menjadi seorang dokter. Begitu lulus SMA, saya mendaftarkan diri mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau yang disingkat SNMPTN. Sebulan sebelum tes, saya mempersiapkan diri dengan mengikuti bimbingan belajar. Alhamdulillah saya diterima di Fakultas Kedokteran Unhalu.
Selama kuliah, tidak sedikit masalah yang saya hadapi, namun saya tahu saya punya banyak dukungan dari orang – orang di sekitar saya, utamanya mereka yang kelak akan membutuhkan tenaga dokter. Usaha dan doa, itu yang selalu saya andalkan, dan saya telah banyak membuktikan ungakapan “di mana ada kemauan di situ ada jalan“ apapun kendala yang saya hadapi, saya selalu berpikir kalau semua itu adalah cara Allah membentuk saya menjadi pribadi yang lebih cerdas menghadapi masalah – masalah yang lebih berat nantinya, Inshaa Allah.  Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan kuliah dalam waktu 3 tahun 4 bulan, dimana seharusnya  S1 pendidikan dokter di Unhalu ditempuh dalam waktu 3 tahun 6 bulan.
Selanjutnya saya menjalani co-assisstant atau dokter muda. Ini adalah salah satu tahap untuk memperoleh gelar “dr.”. jadi... pendidikan di kedokteran itu ada 2 tahap, tahap pertama yaitu pendidikan pre-klinik, yaitu kuliah di kampus beserta praktikum – praktikummya (anatomi, biokimia, fisiologi, patologi, histologi, dst). Pre-klinik ini ditempuh dalam 7 semester, atau 3 tahun 6 bulan. Namun bukan hanya mata kuliah kedokteran yang diprogram, tetapi juga mata kuliah umum lain seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Agama, Kewarganegaraan, Metodologi Penelitian, Filsafat ilmu, Teknologi dan Informasi, KKN dan skripsi, dsb. Setelah pre-klinik selesai, barulah diwisuda dan pengambilan janji sarjana kedokteran.
Dokter muda alias koas itu adalah sarjana S1 yang sedang mengambil profesi kedokterannya selama ± 2 tahun. Koas ini belum digaji. Kami ditugaskan di Rumah sakit dan dibimbing langsung oleh dokter spesialis. Tugas koas ini lebih berat dari zaman-zaman kuliah dulu. Kalau waktu kuliah, kami biasa tidur 4 -6 jam,  koas biasa tidur 1-3 jam saja atau bahkan tidak tidur sama sekali. Tapi semuanya menjadi tidak masalah jika dihadapi dengan ikhlas. Banyak hal yang saya dapatkan selama koas, mulai dari pelajaran bagaimana mengidentifikasi penyakit seseorang, bagaimana melakukan pemeriksaan, bagaimana memberikan pengobatan, tetapi juga banyak pelajaran hidup yang dapat diambil dari kehidupan pasien, dokter, dan tenaga medis lainnya di RS.  
 Sakit, sehat, dan kematian memang ketentuan Allah, seorang dokter hanya berusaha membantu pasien untuk sembuh dari sakitnya. Ada perasaan tercabik – cabik ketika keluarga pasien yang meninggal tidak bisa menerima kematian keluarganya. Tetapi ada kebahagiaan tersendiri saat seorang pasien sudah bisa tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada kita karena merasa sakitnya telah berkurang. Ada semangat baru ketika seorang pasien yang dirawat atau keluarganya berkata “Dok, saya merasa sudah membaik walaupun dokter hanya datang mengukur suhu saya” Dan itu yang membuat saya bertahan hingga sekarang, bahwa masih banyak yang membutuhkan saya, dan saya masih ingin melihat senyum – senyum bahagia dari mereka, dan bilang “dokter, saya sudah baikan”
Bagaimana adik – adik ? semoga surat saya ini dapat memberi inspirasi ya... apapun cita-cita kalian, kejar terus, dan ketahuilah masyarakat dunia menantikan kalian 
Selalu semangat, berusaha dan berdoa !!!
Kalian mampu LUAR BIASA

5 komentar:

  1. Dok bener gak sih kuliah kedokteran itu banyak perhitungan nya?

    BalasHapus
  2. Dok bener gak sih kuliah kedokteran itu banyak perhitungan nya?

    BalasHapus
  3. Dok bener gak sih kuliah kedokteran itu banyak perhitungan nya?

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Kak apa anak Lulusan dri skolh Aliyah bisa masuk fakultas kedokteran

    BalasHapus