Halo
adik-adikku !
Bagaimana
kabarnya ? alhamdulillah Luar biasa ya...
Perkenalkan
namaku Sitti Rahmadani Saranani, tapi adik-adik bisa panggil saya Rara.
Sekarang saya sedang menjalani tugas atau boleh dibilang profesi sebagai koas
alias dokter muda. Siapa dari kalian yang bercita – cita menjadi dokter ?
kebanyakan anak – anak ketika ditanyai cita-citanya, mereka menjawab “dokter”.
Yap, sama halnya dengan saya...
Sejak
tahu apa itu cita – cita, saya selalu menjawab “ingin jadi dokter”. Mungkin
karena kelihatannya dokter itu berwibawa dengan jas putih dan stetoskopnya ya ?
atau karena kelihatannya dokter itu bisa punya banyak uang, naik mobil mewah,
bisa keluar negeri sesukanya ? atau... karena dokter bisa menolong orang yang
sakit ? jawabannya baru saya dapatkan setelah kuliah di Fakultas kedokteran,
terlebih sekarang, dimana saya bisa langsung memeriksa pasien....
Katanya
untuk jadi dokter itu perlu biaya banyak ya ? itu anggapan yang salah ya adik –
adik... memang tidak dipungkiri, untuk sekolah dan meraih cita – cita itu
diperlukan pengorbanan, salah satunya ya biaya. Namun saya bisa menjamin kalau
yang utama yang harus dimiliki yaitu kemauan yang keras dan usaha yang tekun,
serta bertawakkal pada Allah swt.
Saya
bukan anak orang kaya, bukan anak pejabat,
tapi saya tidak pernah berpikir untuk mundur dari cita-cita saya menjadi
seorang dokter. Begitu lulus SMA, saya mendaftarkan diri mengikuti Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau yang disingkat SNMPTN. Sebulan
sebelum tes, saya mempersiapkan diri dengan mengikuti bimbingan belajar.
Alhamdulillah saya diterima di Fakultas Kedokteran Unhalu.
Selama
kuliah, tidak sedikit masalah yang saya hadapi, namun saya tahu saya punya
banyak dukungan dari orang – orang di sekitar saya, utamanya mereka yang kelak
akan membutuhkan tenaga dokter. Usaha dan doa, itu yang selalu saya andalkan,
dan saya telah banyak membuktikan ungakapan “di mana ada kemauan di situ ada
jalan“ apapun kendala yang saya hadapi, saya selalu berpikir kalau semua itu adalah
cara Allah membentuk saya menjadi pribadi yang lebih cerdas menghadapi masalah
– masalah yang lebih berat nantinya, Inshaa Allah. Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan kuliah
dalam waktu 3 tahun 4 bulan, dimana seharusnya
S1 pendidikan dokter di Unhalu ditempuh dalam waktu 3 tahun 6 bulan.
Selanjutnya
saya menjalani co-assisstant atau
dokter muda. Ini adalah salah satu tahap untuk memperoleh gelar “dr.”. jadi...
pendidikan di kedokteran itu ada 2 tahap, tahap pertama yaitu pendidikan
pre-klinik, yaitu kuliah di kampus beserta praktikum – praktikummya (anatomi,
biokimia, fisiologi, patologi, histologi, dst). Pre-klinik ini ditempuh dalam 7
semester, atau 3 tahun 6 bulan. Namun bukan hanya mata kuliah kedokteran yang
diprogram, tetapi juga mata kuliah umum lain seperti Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, Agama, Kewarganegaraan, Metodologi Penelitian, Filsafat ilmu,
Teknologi dan Informasi, KKN dan skripsi, dsb. Setelah pre-klinik selesai, barulah
diwisuda dan pengambilan janji sarjana kedokteran.
Dokter
muda alias koas itu adalah sarjana S1 yang sedang mengambil profesi
kedokterannya selama ± 2 tahun. Koas ini belum digaji. Kami ditugaskan di Rumah
sakit dan dibimbing langsung oleh dokter spesialis. Tugas koas ini lebih berat
dari zaman-zaman kuliah dulu. Kalau waktu kuliah, kami biasa tidur 4 -6 jam, koas biasa tidur 1-3 jam saja atau bahkan
tidak tidur sama sekali. Tapi semuanya menjadi tidak masalah jika dihadapi
dengan ikhlas. Banyak hal yang saya dapatkan selama koas, mulai dari pelajaran
bagaimana mengidentifikasi penyakit seseorang, bagaimana melakukan pemeriksaan,
bagaimana memberikan pengobatan, tetapi juga banyak pelajaran hidup yang dapat
diambil dari kehidupan pasien, dokter, dan tenaga medis lainnya di RS.
Sakit, sehat, dan kematian memang ketentuan
Allah, seorang dokter hanya berusaha membantu pasien untuk sembuh dari
sakitnya. Ada perasaan tercabik – cabik ketika keluarga pasien yang meninggal
tidak bisa menerima kematian keluarganya. Tetapi ada kebahagiaan tersendiri saat
seorang pasien sudah bisa tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada kita
karena merasa sakitnya telah berkurang. Ada semangat baru ketika seorang pasien
yang dirawat atau keluarganya berkata “Dok, saya merasa sudah membaik walaupun
dokter hanya datang mengukur suhu saya” Dan itu yang membuat saya bertahan
hingga sekarang, bahwa masih banyak yang membutuhkan saya, dan saya masih ingin
melihat senyum – senyum bahagia dari mereka, dan bilang “dokter, saya sudah
baikan”
Bagaimana
adik – adik ? semoga surat saya ini dapat memberi inspirasi ya... apapun
cita-cita kalian, kejar terus, dan ketahuilah masyarakat dunia menantikan
kalian
Selalu
semangat, berusaha dan berdoa !!!
Kalian
mampu LUAR BIASA